3. Elemen-Elemen dalam Formulasi Diagnostik (Diagnostic Formulation)
Konseptualisasi Kasus

3. Elemen-Elemen dalam Formulasi Diagnostik (Diagnostic Formulation)

15 Dec 2025


Cover

Dalam praktik konseling dan psikoterapi, konselor tidak hanya berfokus pada gejala yang tampak, tetapi juga berupaya memahami faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya gejala tersebut. Formulasi diagnostik berperan penting dalam proses ini karena memberikan penilaian deskriptif yang sistematis mengenai kondisi konseli. Formulasi diagnostik menjawab pertanyaan mendasar, yaitu “Apa yang sebenarnya terjadi pada konseli?”

Formulasi ini berfungsi sebagai kerangka awal untuk menggambarkan situasi unik konseli secara komprehensif. Menurut kerangka konseptualisasi kasus, formulasi diagnostik mencakup tiga elemen utama yang saling berkaitan, yaitu presentasipemicu, dan pola. Ketiga elemen ini membantu konselor memahami bagaimana permasalahan muncul, dipertahankan, dan diekspresikan dalam kehidupan konseli.

1. Presentation (Presentasi): Gambaran Masalah yang Terlihat

Presentasi adalah manifestasi luar dari masalah konseli yang dibawa ke ruang terapi, sekaligus respons khas konseli terhadap pemicu. Ini adalah bagian yang paling sering diobservasi (dilihat dan didengar) oleh konselor.

Bagian ini mencakup:

  • Jenis dan tingkat keparahan gejala (misalnya, kecemasan berlebihan, kesedihan mendalam).
  • Masalah dalam fungsi personal atau relasional.
  • Riwayat dan perjalanan klinis masalah tersebut.

Contoh: Seorang mahasiswa tiba-tiba mengalami kesulitan tidur, menunjukkan gejala somatik, dan mengalami serangan panik saat mendekati jadwal ujian. Kesulitan tidur, gejala somatik, dan serangan panik adalah presentasi masalahnya.

2. Precipitant (Pemicu): Mengidentifikasi Awal Mula Masalah

Pemicu adalah kondisi atau peristiwa yang terjadi sesaat sebelum timbulnya masalah (Presentasi). Pemicu berfungsi sebagai "tombol" yang mengaktifkan atau memunculkan pola maladaptif yang telah ada.

Untuk mengidentifikasi pemicu, konselor perlu meninjau kembali garis waktu kemunculan gejala dengan pertanyaan-pertanyaan spesifik, seperti: "Kapan gejala mulai muncul?", "Situasi atau peristiwa apa yang terjadi pada saat itu?", atau "Siapa saja yang terlibat?", serta “Apa yang dirasakan dan dilakukan konseli pada saat tersebut?”.

Contoh: Mahasiswa tersebut mulai mengalami kesulitan tidur dan panik setelah ia gagal dalam satu mata kuliah yang dianggap sangat penting. Kegagalan tersebut adalah pemicunya (precipitant).

3. Pattern (Pola): Menghubungkan Presentasi dan Pemicu

Pola merupakan deskripsi ringkas mengenai cara khas seorang konseli dalam mempersepsi, berpikir, dan merespons berbagai situasi. Pola inilah yang membantu konselor memahami mengapa suatu pemicu tertentu menghasilkan presentasi tertentu pada konseli.

Perubahan pola biasanya menjadi tujuan utama dalam terapi karena Pola menjelaskan bagaimana masalah konseli terbentuk dan bertahan (perpetuated).

  • Dalam pendekatan Kognitif-Behavioral Therapy (CBT), pola utama yang digunakan adalah pola berbasis skema (schema-driven pattern), yaitu pola pikir, emosi, dan perilaku yang terbentuk dari pengalaman awal dan memengaruhi respons konseli pada situasi saat ini.

Jenis-Jenis Pola

  1. Pola Adaptif, yaitu pola pikir dan respons yang fleksibel, efektif, dan sesuai dengan situasi. Pola ini mencerminkan kompetensi personal dan relasional yang sehat.
  2. Pola Maladaptif, yaitu pola yang kaku, tidak efektif, dan tidak sesuai dengan situasi. Pola ini sering menjadi penyebab utama munculnya gejala, masalah fungsional, dan ketidakpuasan yang bersifat kronis. Dalam kondisi tertentu, pola maladaptif yang menetap dapat berkembang menjadi gangguan kepribadian.

Dimensi Pola

  1. Pola Situasional (Situation-Specific), pola ini hanya terjadi pada situasi atau konteks tertentu saja. Contohnya, pola cemas hanya muncul saat berhadapan dengan figur otoritas atau situasi evaluatif.
  2. Pola Jangka Panjang (Longitudinal), pola ini telah terjadi berulang kali sepanjang hidup konseli dan menjadi karakteristik yang mendasar dari kepribadiannya. Pola jangka panjang inilah yang sering memberikan penjelasan logis tentang situasi konseli saat ini dan menjadi target perubahan yang sulit namun signifikan.

Ketiga elemen dalam formulasi diagnostik—presentasi, pemicu, dan pola—saling berkaitan dan membentuk dasar pemahaman awal terhadap kondisi konseli. Formulasi diagnostik yang disusun secara sistematis membantu konselor mengembangkan konseptualisasi kasus yang komprehensif serta menjadi landasan penting bagi penyusunan formulasi klinis dan perencanaan intervensi selanjutnya.


Materi selanjutnya klik di sini



Referensi:

Sperry, L., & Sperry, J. (2012). Case conceptualization: Mastering this competency with ease and confidence. Routledge.

Sperry, L., & Sperry, J. (2020). Case conceptualization: Mastering this competency with ease and confidence (2nd ed.). Routledge.


Tinggalkan Komentar