Skema (schemas) merujuk pada struktur mental yang mendasar dan stabil, berfungsi sebagai pola pikir atau “peta kognitif” yang mengarahkan individu dalam memahami, menafsirkan, dan memberi makna pada diri sendiri, orang lain, dan dunia. Skema bukanlah sekadar pikiran tunggal, melainkan suatu organisasi kognitif yang memengaruhi pemrosesan informasi secara keselurhan.
Pembentukan Skema
Skema mulai terbentuk sejak masa kanak-kanak, dipengaruhi oleh interaksi antara kecenderungan genetik dengan pengalaman hidup yang berkelanjutkan.
- Skema Adaptif: terbentuk dari pengalaman positif (dukungan, kasih sayang, penerimaan) akan membentuk keyakinan sehat seperti “Saya dicintai” atau “Saya kompeten”.
- Skema Maladaptif: terbentuk dari pengalaman negatif (penolakan, kritik, trauma) akan melahirkan keyakinan disfungsional seperti “Saya tidak pantas dicintai” atau “Saya selalu gagal.”
Keyakinan disfungsional disebut sebagai Early Maladaptive Schemas (EMS) atau skema maladaptif awal, dimana pola keyakianan negatif ini terbentuk sejak kecil, sulit berubah, dan sering muncul kembali ketika individu menghadapi tekanan di kemudian hari (Jeffrey Young, 1999). Hal ini menunjukkan bahwa skema tidak selalu baik atau buruk, melainkan tergantung pada konteksnya.
Hierarki Kognisi: Dari Skema ke Pikiran Otomatis
Dalam model Kognitif-Perilaku (CBT) klasik, Skema merupakan fondasi yang memunculkan keyakinan pada level yang berbeda. Konselor perlu memahami hierarki kognisi ini untuk menentukan target intervensi yang tepat:
1. Keyakinan Inti (Core Beliefs)
Keyakinan inti adalah isi kognitif yang paling fundamental dari Skema. Keyakinan ini bersifat kaku, mutlak (absolut), dan dianggap sebagai kebenaran hakiki mengenai diri sendiri, orang lain, atau dunia.
Beberapa kategori utama keyakinan inti yang disfungsional antara lain:
- Ketidakberdayaan (Helplessness), yaitu berkaitan dengan efektivitas dan kendali diri (misalnya, “Saya tidak kompeten,” “Saya gagal,” atau “Saya tidak bisa mengatasi masalah”).
- Ketidaklayakan dicintai (Unlovability), yaitu berkaitan dengan penerimaan dan hubungan interpersonal (misalnya, “Saya tidak disukai” atau “Saya akan ditinggalkan”).
- Ketidakberhargaan (Worthlessness), yaitu berkaitan dengan moralitas dan nilai diri secara mendalam (misalnya, “Saya buruk” atau “Saya tidak pantas hidup”).
2. Keyakinan Intermediat/Keyakinan Perantara (Intermediate Beliefs)
Keyakinan Intermediat/keyakinan perantara terletak di antara keyakinan inti dan pikiran permukaan. Keyakinan ini berfungsi sebagai strategi atau mekanisme koping untuk menghindari aktivasi keyakinan inti yang menyakitkan, dan terdiri dari:
- Sikap (Attitudes), yaitu evaluasi umum terhadap situasi (misalnya, “Sungguh mengerikan jika membuat kesalahan”).
- Aturan (Rules), yaitu panduan hidup yang kaku (misalnya, “Saya harus selalu menyenangkan orang lain”).
- Asumsi Kondisional (Conditional Assumptions), yaitu pernyataan “Jika..Maka..” yang menrangkum strategi koping (misalnya, “Jika saya bekerja keras, saya akan baik-baik saja; tetapi jika saya santai, saya akan gagal”).
3. Pikiran Otomatis (Automatic Thoughts)
Pikiran otomatis adalah output kognisi pada tingkat yang paling mudah diakses, sering muncul spontan dan tanpa disadari. Pikiran ini merupakan interpretasi instan individu terhadap situasi tertentu, dan secara langsung dipengaruhi oleh keyakinan inti yang aktif.
Dalam terapi dengan pendekatan CBT, skema dipandang sebagai akar dari pola pikir negatif dan gangguan emosional. Beberapa poin penting skema dalam penerapannya:
- Mengidentifikasi akar masalah, konselor berusaha mengidentifikasi pola keyakinan inti dan keyakinan intermediat. Dengan demikian, konselor tidak hanya mengatasi pikiran negatif di permukaan (pikiran otomatis), tetapi juga mengubah fondasi keyakinan yang mendalam, membuka jalan bagi perubahan yang lebih permanen.
- Skema “Panas” (Hot Cognitions), skema ini bersifat aktif (terpicu dan memengaruhi emosi/perilaku secara intens) atau latern (tertidur). Tugas konselor adalah membantu konseli mengenali kapan skema maladaptif mereka sedang aktif (sering disebut hot cognitions atau pikiran panas).
- Memodifikasi keyakinan, intervensi CBT bertujuan untuk mengevaluasi dan memodifikasi keyakinan inti yang kaku dan absolut menjadi keyakinan yang lebih adaptif dan realistis, yang pada gilirannya akan melemahkan skema maladaptif. Proses ini seringkali melibatkan teknik penemuan terbimbing (guided discovery) dan eksperimen perilaku (behavioral experiments).
Dengan memahami teori skema dan hierarki kognisi ini, konselor dapat membanu konseli tidak hanya mengatasi pikiran negatif yang terlihat di permukaan, tetapi juga mengubah fondasi keyakinan yang mendalam, membuka jalan bagi perubahan yang lebih permanen dan positif.
Materi selanjutnya klik di sini
Referensi:
Beck, J. S. (2021). Cognitive behavior therapy: Basics and beyond (3rd ed.). The Guilford Press.
Corey, G. (2017). Theory and practice of counseling and psychotherapy (10th ed.). Cengage Learning.
Sharf, R. S. (2012). Theories of psychotherapy and counseling: Concepts and cases (5th ed.). Cengage Learning.